MEMILIKI website, media sosial atau aplikasi lainnya sebagai tools untuk menjual produk atau jasa adalah keharusan di zaman serba digital saat ini. Namun, tidak ada artinya jika hal itu tidak dibuat untuk mempermudah pengguna atau user experience.
Anda adalah pemilik sebuah produk berkualitas, katakanlah sepatu dengan pasar perempuan. Anda ingin memasarkannya melalui internet, tepatnya menggunakan website.
Sayang, meski produk yang Anda jual itu bagus, berkualitas dengan harga bersaing, namun tidak ada yang tertarik membelinya. Penasaran, Anda juga menjual produk sepatu tersebut melalui media sosial. Sayang, hal yang sama juga terjadi. Tidak ada penjualan sesuai yang diharapkan.
Usut-punya usut, ketika Anda melihat lama kunjungan orang ke website Anda hanya sebentar. Pengunjung tidak mau berlama-lama mengunjungi website Anda yang berisi foto-foto sepatu yang Anda jual.
Begitu juga dengan media sosial Anda. Bahkan tidak ada satupun yang berkomentar terhadap foto-foto yang Anda posting. Artinya, tidak ada penjualan, tidak ada transaksi.
Dalam dunia digital marketing dikenal istilah User Experience (UX) yang memiliki pengertian sebagai sensasi atau kepuasan pengalaman pengunjung/pengguna website atau media sosial. Bisa juga sebagai kemudahan seseorang dalam menggunakan website atau aplikasi digital.
Misalnya, Anda membuka website sebuah perusahaan yang menjual produk secara online. Ternyata begitu diklik, Anda merasa bingung untuk menggunakannya. Tidak jelas langkah-langkah untuk menjelajah website tersebut. Bahkan tombol untuk melakukan pembelian juga tidak jelas. Akhirnya Anda berpindah ke website milik kompetitor.
Atau bisa juga, ketika Anda membuka website, ternyata loadingnya lama. Nah, itu juga bagian dari UX. Pengguna pasti merasakan ketidaknyamanan. Jadi UX website tersebut bisa dikatakan belum baik.
Begitu juga dengan media sosial. Misalnya Anda sedang mencari penyedia jasa foto prewedding di Instagram. Ketika Anda menemukan salah satunya, ternyata dari sisi desain penataan foto-fotonya terkesan berantakan. Begitu juga dalam hal pemilihan warna kurang meyakinkan. Bahkan foto-foto yang ditampilkan merupakan hasil copy dari web di luar negeri.
Contoh di atas menunjukan bagaimana pengunjung merasa tidak puas dengan UX sebuah website maupun media sosial. Efeknya adalah, tentu saja tidak terjadi transaksi yang diinginkan pemilik website atau media sosial tersebut.
Disinilah pentingnya UX perlu jadi perhatian bagi yang terjun ke dunia bisnis dan memanfaatkan website atau media sosial sebagai salurannya. UX dinilai berhasil ketika pengguna merasa nyaman mengakses website atau media sosial Anda. Langkah selanjutnya adalah bagimana agar setelah merasa nyaman kemudian terjadi engagement atau ikatan dan ujung-ujungnya adalah transaksi seperti yang diinginkan.
Urutan kepuasaan pengguna atau user experience menurut Emarketers dalam surveinya tahun 2016 yaitu;
- Memberikan kemudahan menemukan opsi kontak brand tersebut ditampilkan di web dan aplikasi
Bayangkan saja, ketika Anda tertarik dengan produk yang ditawarkan melalui web atau aplikasi tapi ternyata sebagai pengguna Anda kesulitan mencari kontak yang bisa dihubungi atau tidak lanjuti. KZL.
- Loading halaman website dan aplikasi yang cepat
Soal kecepatan memang menjadi kunci pengguna akan membuka web atau aplikasi Anda atau berpindah ke web yang lain.
- Teks dan gambar yang mudah dilihat serta dibaca
Pengguna umumnya tidak tertarik dengan gambar yang terlalu ramai atau tidak pas dalam penyusunan teks atau teks dan gambar yang tidak padu.
- Tata letak tampilan web dan aplikasi yang jelas
Tata letak web atau aplikasi Anda yang berantakan dapat dipastikan membuat orang enggan menjelajah lebih jauh. Simpel. Pengguna sekarang lebih menyukai tampilan atau desain web dan aplikasi yang simple dan mudah digunakan.
- Fungsi pencarian di dalam website dan aplikasi
Terkesan sepele. Tapi bisa bikin kesal kalau pengguna ingin mencari sesuatu yang mungkin pernah dibacanya, namun lupa tulisan persisnya.
Tentu banyak komponen-komponen untuk memastikan UX berhasil. Proses yang ada dalam menyiapkan UX cukup banyak, termasuk riset di dalamnya. Harus dilakukan validasi sehingga benar-benar sesuai yang diharapkan. Karena itu, kami Studio Konten memiliki tim yang memastikan bahwa permintaan klien untuk jasa UX pada platform yang digunakan bisa memberikan hasil yang maksimal. (*)