Ketika kita membahas pemasaran melalui sosial media, kita tak bisa lepas dari brand voice. Brand voice adalah kompilasi yang dimiliki oleh sebuah brand terdiri dari kata-kata, keadaan, perilaku, dan ekspresi. Kompilasi tersebut dituangkan di sosial media suatu brand dengan tujuan untuk menarik perhatian konsumen. Tak hanya itu, brand voice juga dapat menjadi ciri khas berkomunikasi suatu brand.
Singkatnya, brand voice adalah bagaimana konsumen melihat suatu brand dan persepsi mereka itu adalah identitas brand yang sebenarnya. Sebagai contoh, ada beberapa brand yang terkenal dengan kedamaian dan humor dalam menyampaikan pesan brand-nya. Ada juga beberapa brand yang memilih menyampaikan pesan dengan profesionalitas penuh. Pada dasarnya semua tergantung audiens brand yang disasar.
Untuk menentukan brand voice, kita juga tak bisa lepas dari tone. Brand dan tone adalah dua hal yang berbeda dan seringkali suatu perusahaan lalai dalam membedakannya. Brand voice sesungguhnya adalah sebuah personality seperti ceria, positif, skeptis, atau profesional sedangkan tone adalah sebuah alat untuk mengirimkan pesan yang disampaikan oleh brand voice.
Elemen Brand Voice
Ada empat formula yang menentukan brand voice suatu perusahaan berdasar penelitian Stephanie Schwab yang tak hanya sekedar tone. Ia memperincinya menjadi lebih banyak elemen seperti karakter, bahasa, dan tujuan.
- Character
Dalam menyampaikan pesannya, seperti siapakah brand tersebut? Ibaratkan sebuah brand sebagai manusia. Kita harus menentukan apakah pesannya terdengar ramah, hangat, menginspirasi, otoriter atau profesional? Pilih beberapa karakter kemudian kombinasikan.
- Tone
Ibarat alat atau sarana untuk menyampaikan karakter yang dimiliki oleh suatu brand. Apakah disampaikan secara personal, jujur, humble, skeptis, to the point atau ilmiah? Suatu brand harus memilih tone yang tepat berdasar karakter brand yang dimiliki.
- Language
Bahasa yang digunakan dapat bermacam-macam, suatu brand hanya perlu memilihnya salah satu. Sebagai contoh adalah bahasa yang kompleks, serius, simpel, penuh jargon penyemangat, menyenangkan, atau penuh kalimat bijak?
- Purpose
Dengan karakter, tone, dan bahasa yang digunakan, sebuah brand tak boleh lupa dengan tujuan pesannya. Misalnya untuk mengikat perhatian audiens, mengedukasi, menginformasikan, menghubur, atau menjual.
Setelah brand voice terbentuk, sebuah akun sosial media yang memiliki daya tarik kuat harus memiliki brand storytelling dalam menyampaikan pesan kepada audiens. Cerita tersebut disampaikan dalam suatu rentang waktu yang telah ditentukan. Pesan yang ingin disampaikan harus dikemas dalam suatu cerita unik, dalam, dan memiliki relevansi dengan kehidupan audiens.
Setelah memilih salah satu dari keempat pilar storytelling di sosial media, saatnya sebuah brand menentukan rute storytelling. Salah satu contohnya adalah the desire of pleasure. Narasi personal yang menggambarkan hasrat manusia tersebut digunakan untuk menonjolkan konteks dan fitur produk melalui medium visual yang membekas di benak para audiens.