USER GENERATED CONTENT (UGC) seringkali dinilai sebagai cara termudah dari sebuah pengelola media untuk mendapatkan konten dengan gampang dan murah. Nyatanya, UGC yang berkualitas tetap saja harus melewati proses kurasi atau editing.
UGC memiliki pengertian yaitu konten yang dihasilkan oleh penggunanya sendiri atau user. Di Indonesia bisa kita lihat di beberapa media seperti Hipwee.com, Good News From Indonesia, Kompasiana, Kaskus, TechinAsia, Mojok.co dan lainnya.
Media-media tersebut selain menggunakan UGC juga membuat konten yang dibuat oleh tim mereka. Hal ini juga dilakukan oleh media-media mainstream yang menyediakan ruang bagi orang-orang yang ingin menulis.
UGC menjadi sebuah fenomena di Indonesia. Ketika jumlah pembaca media cetak turun, maka diperkirakan kebiasaan membaca beralih ke media berita online. Kenyataannya, sampai hari ini, masyarakat lebih banyak membaca media dengan karakter UGC.
Konten buatan pengguna atau UGC bisa dikatakan memudahkan pengelola sebuah website mendapatkan konten yang dibutuhkan tanpa harus memiliki sumber daya manusia yang berlebih. Di sisi lain, pembaca atau masyarakat bisa tetap berkontribusi dengan mengirimkan karyanya ke media.
Hal ini disebabkan oleh fenomena bahwa tidak sedikit pembaca yang ingin karyanya dimuat di media. Mereka merasa bangga jika tulisannya menjadi headline atau dibagikan ke ribuan pembaca lain. Sebagian tidak berpikir ia akan mendapat keuntungan materi dari situ.
Pentingnya Kurasi
Sebuah tulisan yang dibagikan hingga ribuan kali secara otomatis menjadi ajang ‘promosi’ bagi penulis untuk dikenal. Bagi pengelola situs user generated content yang ideal, tentu tidak semua tulisan yang dikirim pembaca akan dimuat begitu saja.
Proses kurasi harus dilakukan. Ini agar karya-karya yang dimuat merupakan karya pilihan. Tujuan berikutnya tentu semakin banyak orang yang tertarik dengan konten-konten yang ada di website tersebut. Tertarik untuk membaca konten yang ada disitu, sekaligus tertantang untuk mengirimkan tulisan.
Pengelola tentu menghindari website mereka menjadi “sampah” sehingga di sini proses kurasi sangat diperlukan.
Bagi sebuah perusahaan, keberadaan UGC bisa menjadi peluang untuk melakukan promosi. Hal ini seiring berubahnya karakter dalam dunia digital marketing.
Pengguna internet kini tidak lagi tertarik dengan model-model iklan di media online seperti banner atau pop up. Justru iklan-iklan dalam bentuk kreatif yang dikemas dalam tulisan atau audiovisual yang kini menjadi daya tarik.
Konten dalam bentuk tulisan biasanya dikemas dalam bentuk tulisan promo yang tersamar. Tidak jarang menggunakan bentuk testimoni dari pengguna atau konsumen. Hal ini cocok digunakan sebagai konten yang masuk di media-media dengan UGC sebagai platformnya. Maupun bisa digunakan di media-media online mainstream lainnya.
Studiokonten.com sendiri memberikan jasa dalam pembuatan UGC dengan pendekatan personal sesuai dengan kebutuhan perusahaan maupun personal. Bagaimanapun perencanaan konten, keterkaitan dengan konten marketing sangatlah penting.